ZMedia Purwodadi

Satu Tahun Tanpa Mereka

Table of Contents

Satu tahun telah berlalu sejak perpisahan itu terjadi. Bagi sebagian orang, waktu setahun mungkin terasa singkat, namun bagi seorang ayah yang harus berpisah dengan kedua anak perempuannya, setahun bisa terasa seperti seumur hidup. Dia selalu teringat momen-momen kebersamaan mereka, tawa, candaan, bahkan tangisan kecil yang dulu mewarnai hari-harinya. Kini, rumah itu terasa sunyi dan hampa tanpa kehadiran mereka.

Setelah perceraian itu, pengadilan memutuskan hak asuh anak jatuh kepada sang ibu. Awalnya, kedua putrinya masih sering mengunjungi sang ayah setiap akhir pekan. Kakak yang berusia 12 tahun, meskipun agak enggan, tetap ikut bersama adiknya yang masih 8 tahun. Akhir pekan menjadi momen yang sangat dinantikan oleh sang ayah. Saat-saat bersama putri-putrinya, meskipun singkat, selalu mampu mengusir kesepiannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, sesuatu berubah. Kakak semakin jarang mau mengunjungi sang ayah. Setiap kali dihubungi, selalu ada alasan untuk menolak. Terkadang sibuk dengan tugas sekolah, terkadang ada kegiatan dengan teman-temannya. Sang ayah mengerti, mungkin anaknya butuh waktu untuk menerima situasi baru ini. Namun, hatinya tetap merasa pilu setiap kali mendengar penolakan itu.

Adik yang dulunya selalu ceria dan antusias bertemu ayahnya, belakangan ini juga mulai berubah. Tidak seperti dulu, adik semakin jarang datang. Ketika ditanya, jawabannya selalu singkat dan cenderung menghindar. Sang ayah merasakan ada yang tidak beres, tetapi tidak tahu harus bagaimana. Komunikasi yang dulu lancar, kini mulai tersendat. Telepon dan pesan yang dikirim sering kali tidak berbalas.

Sang ayah mulai bertanya-tanya, apakah ada interferensi dari keluarga baru mereka? Apakah kedua putrinya kini merasa lebih nyaman dengan ayah baru mereka? Pikiran itu menghantuinya, membuat hatinya semakin terluka. Dia mencoba untuk tetap berpikir positif, namun sulit baginya untuk menepis rasa khawatir dan cemas.

Setiap malam, sang ayah duduk di ruang tamu, menatap foto-foto lama mereka yang tergantung di dinding. Senyuman manis putri-putrinya, kenangan indah yang selalu membuat hatinya hangat, kini hanya tinggal kenangan. Kehadiran mereka yang dulu selalu membuatnya bahagia, kini hanya meninggalkan kerinduan yang mendalam.

Meskipun begitu, sang ayah tidak pernah menyerah. Dia tetap berharap, suatu hari nanti, kedua putrinya akan kembali mengunjunginya dengan senyuman di wajah mereka. Dia ingin mereka tahu bahwa pintu rumah ini selalu terbuka untuk mereka, dan cinta seorang ayah tidak akan pernah pudar. Setiap hari dia berdoa, agar waktu bisa menyembuhkan luka dan mempertemukan kembali mereka dalam kebahagiaan.

Satu tahun tanpa mereka, bagi sang ayah adalah satu tahun penuh perjuangan dan kerinduan. Dia tetap berusaha menjadi ayah yang terbaik, meskipun dari kejauhan. Dan meskipun komunikasi kini sulit, cinta dan harapan selalu ada di hatinya. Dia percaya, suatu hari nanti, kebahagiaan itu akan kembali menghampiri mereka.

Posting Komentar