ZMedia Purwodadi

RAYA Yang Tak Bahagia

Table of Contents

 


Ramadhan tahun ini terasa lebih sunyi dari biasanya.

Tidak ada suara tawa kecil yang dulu memenuhi rumah. Tidak ada kaki-kaki kecil yang berlarian di pagi hari membangunkannya untuk sahur. Dan ketika adzan maghrib berkumandang, ia hanya duduk sendiri di meja makan, menatap kosong ke arah dua piring kosong yang tetap ia siapkan setiap hari, seolah berharap kedua putrinya akan tiba-tiba datang dan duduk di sana seperti dulu.

Dulu, Ramadhan adalah tentang kebersamaan. Tentang tangan kecil yang menggenggam erat tangannya saat menuju masjid, tentang celoteh mereka saat menyiapkan takjil, dan tentang pelukan hangat di malam takbiran. Tapi tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, ia hanya punya kenangan.

Yang paling menyakitkan bukanlah sepinya rumah... tapi sepinya kabar.

Sang ayah tidak meminta banyak. Ia tak mengharapkan hadiah atau pulang kampung yang megah. Ia hanya menunggu sebuah pesan. Sebuah telepon sederhana. Suara di ujung sana yang berkata, “Ayah, kami rindu.”

Tapi sampai malam takbiran berganti pagi, telepon itu tak kunjung berdering.

Hari raya datang dengan sunyi. Tak ada tawa, tak ada pelukan. Hanya suara takbir yang mengalun dari masjid, dan air mata yang mengalir diam-diam di balik sajadah. Sang ayah berdiri di depan kaca, merapikan baju koko terbaiknya, berharap kalau-kalau hari ini salah satu dari putrinya datang mengejutkan. Tapi tak ada langkah kaki di depan pintu.

Ia duduk di ruang tamu, menatap foto lama—dua gadis kecil dengan senyum yang dulu tak pernah gagal menghangatkan hatinya. Di bawah foto itu tertulis: “Ayah, cinta pertama kami.”

“Apakah kalian masih mengingat ayah, nak?” gumamnya lirih.

Bulan suci telah pergi, dan Idul Fitri pun berlalu. Tapi rindunya tetap tinggal. Ia tahu, cinta seorang ayah kadang tak terlihat, kadang tak disadari. Tapi ia tetap mencintai tanpa syarat, tetap menunggu tanpa pamrih.

Dan jika suatu hari nanti putri-putrinya membaca tulisan ini… mungkin mereka tahu, bahwa di suatu sudut dunia, ada seorang ayah yang tak pernah lelah merindukan mereka.


Posting Komentar